Selasa, 09 Juli 2013

Mengetahui Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman


klik to display picture 


DEFISIENSI UNSUR HARA PADA TANAMAN

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada tanaman. 

Gejala Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman 

NITROGEN (N) 
Gejala kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna merah kecoklatan. Pembentukan buah tidak sempurna, kecil-kecil, kekuningan, dan masak sebelum waktunya. 
Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan pupuk kimia berupa urea (N=46%), ZA (N=21%), KNO3, NPK serta pupuk daun kandungan N tinggi. 


FOSFOR (P) 
Gejala kekurangan fosfor ditandai dengan warna bagian bawah daun terutama tulang daun merah keunguan, daun melengkung, dan terpelintir (distorsi). Tepi daun, cabang dan batang juga berwarna ungu. Kekurangan unsur ini menyebabkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan. 
Cara penanganan kekurangan unsur fosfor adalah dengan menambahkan pupuk kimia SP36 (P=36%), NPK, MKP serta pupuk daun kandungan P tinggi. 

KALIUM (K) 
Gejala kekurangan kalium ditandai dengan mengerutnya daun terutama daun tua meski tidak merata, tepi dan ujung daun menguning yang kemudian menjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak bergerigi dan akhirnya mati. Buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitas jelek dan tidak tahan simpan. 
Cara penanganan kekurangan unsur kalium adalah dengan menambahkan pupuk kimia KCl (K=52%), NPK, MKP, serta pupuk daun kandungan K tinggi. 

SULFUR (S) 
Gejala kekurangan sulfur ditandai dengan warna daun muda memudar (klorosis), berubah menjadi hijau muda, kadang-kadang tampak tidak merata, menguning atau keputih-putihan. Pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus. 
Cara penanganan kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta pupuk daun yang mengandung unsur S. 

KALSIUM (Ca) 
Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan pertumbuhan kuncup yang terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah dan merana, tepi daun muda mengalami klorosis, buah muda banyak yang rontok dan masak sebelum waktunya, warna buah kurang sempurna. 
Cara penanganan kekurangan unsur kalsium adalah dengan menambahkan kapur dolomite (Ca=38%), kalsium karbonat (Ca=90%), serta pupuk kalsium kandungan Ca 80-99%. 

MAGNESIUM (Mg) 
Gejala kekurangan magnesium ditandai dengan daun tua yang semula hijau segar berubah menjadi kekuningan dan tampak pucat. Diantara tulang-tulang daun terjadi klorosis, warna berubah menguning dan terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. 
Cara penanganan kekurangan unsur magnesium adalah dengan menambahkan pupuk kimia kieserite, kapur dolomite (Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg. 

Unsur MIKRO

Besi (Fe)
Gejala kekurangan besi ditandai dengan warna kuning pada daun-daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran dan mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan kemudian memutih, pertumbuhan tanaman seolah terhenti. 

BORON (B).
 Gejala kekurangan boron ditandai dengan tepi daun mengalami klorosis mulai dari bawah daun kemudian mengering dan akhirnya mati. Pada tanaman bercabang, ruas tanaman memendek, batang keropos, pembentukan cabang tumbuh sejajar berdampingan. 

TEMBAGA (Cu).
 Gejala kekurangan tembaga ditandai dengan daun berwarna hijau kebiru-biruan, ujung daun secara tidak merata ditemukan layu, terkadang terjadi klorosis meski jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal membentuk bunga. 

Mangan (Mn).
Gejala kekurangan mangan ditandai dengan pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan atau kemerahan, jaringan daun di beberapa tempat mati, serta biji yang terbentuk tidak sempurna. 

SENG (Zn).
Gejala kekurangan seng ditandai dengan daun tua berwarna kekuningan atau kemerahan, daun berlubang, mengering dan akhirnya mati. 

Molibedenum (Mo).
Gejala kekurangan molibdenum ditandai dengan warna daun memudar, keriput dan mengering, pertumbuhan tanaman seolah terhenti dan akhirnya mati. 

Cara penanganan kekurangan unsur mikro adalah dengan menambahkan PUPUK ORGANIK yang tinggi, pemberian pupuk organik cair untuk pemupukan susulan, serta penyemprotan pupuk daun dengan kandungan mikro lengkap.

Posted By Unknown22.24

Selasa, 30 April 2013

Cara Budidaya Jagung Manis ( Zea mays . L ) yang Baik dan Benar


CARA MENANAM JAGUNG MANIS ( Zea mays .L )






I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan





Waktu 

Dosis Pupuk Makro (per ha)




Dosis POC
NASA 

Urea (kg)

TSP (kg)

KCl (kg)

Perendaman benih
-
-
-

2 - 4 cc/ lt air

Pupuk dasar
120
80
25

20 - 40 tutup/tangki
( siram merata )

2 minggu
-
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram)

Susulan I (3 minggu)
115
-
55


-

4 minggu
-
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

Susulan II (6minggu)
115
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )


Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman

1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :

a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.

b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.

c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit

1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA

b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit

a. Penyakit bulai (Downy mildew) 
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen 

1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.

Sekian yang bisa saya bagikan,semoga bermanfaat dan terima kasih..

Posted By Unknown20.48

Cara Budidaya Paprika ( Capsicum longum L. ) yang Baik dan Benar

Budidaya Tanaman Paprika (Capsicum longum L.)

Tanaman cabai pada umumnya mempunyai rasa pedas, namun paprika merupakan salah satu varietas cabai yang tidak mempunyai rasa yang pedas. Cabai manis (Capsicum annum var. grossum) atau paprika merupakan tanaman hortikultura yang baru dikenal di Indonesia.

Umumnya paprika dipakai untuk penyedap masakan luar negeri seperti cah paprika daging sapi, paprika campur sosis, udang jeroan, atau disiram saos keju, paprika segar bisa juga dijadikan salad. Dengan meningkatnya kebutuhan paprika dan pasar yang jelas maka diperlukan pengembangannya.

PERSIAPAN
Hal yang perlu dipersiapkan dalam budidaya hidroponik paprika yaitu : media, wadah, nutrien/pupuk, rumah plastik (green house) dan rigasi.
Media semai terdiri dari campuran pasir, sekam bakar, kompos, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Media tersebut perlu disterilkan sebelum ditanami. Sterilisasi diperlukan untuk menghindari serangan hama dan penyakit yang masih ada dalam media semai. Media tanam yang dapat digunakan untuk hidroponik paprika adalah arang sekam, cocopit, grodan.
Wadah persemaian dapat berupa tray plastik yang berukuran 24 x 30 cm dan tinggi 5 cm, pot atau polybag berdiameter 7-10 cm dan tinggi 6-7 cm. Untuk wadah penanaman digunakan polybag berukuran 50x40 cm.
Nutrien yang diperlukan terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Nutrisi yang digunakan dapat dibuat sendiri ataupun membeli .yang sudah siap pakai. Salah satu formulasi yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan adalah berupa larutan stok A, stok B dan stok C. Masing-masing stok terdiri dari unsur :

* Stok A:
- 0,918 kg KN03
- 21,6 kg Ca(N03)2
- 378 g (DPTPA)

* Stok B:
- 0,783 kg H2P04
- 17,064 kg KN03
- 9,99 kg MgS04
- 4,59 kg KH2PQ4
- 45,9 g MnS04
- 64,8 g/kg/mi Borax
- 5,4 g CUS04
- 3,24g NaMo

* Stok C:
- 145 g Urea

Masing-masing stok dilarutkan dalam 90 liter air lalu disimpan dalam drum plastik yang berkapasitas 100 liter. Apabila hendak dilakukan penyiraman, dari masing-masing stok diambil 1 liter dan campurkan ke dalam drum yang telah berisi 297 liter air. Volume campuran menjadi 300 It dan siap dipompa untuk dialirkan/disiramkan ke tanaman rumah plastik untuk persemaian dan pertanaman baik dengan sistem irigasi manual maupun irigasi tetes.

Cara Persemaian:
a. Tabur di atas kotak
b. Langsung dalam pot/polybag.
Cara Penanaman:
a. Persiapan sebelum tanam: Sterilisasi Greenhouse; Pencucian pipa irigasi yang pernah digunakan penyusunan polybag berisi media pada bedengan.
b. F1 bibit yang telah berumur 28-30 hari. F1 bibit tersebut memiliki vigor yang baik, sehat dan seragam

PEMELIHARAAN
Dalam budidaya paprika secara hidroponik, pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pemupukan, pembentukan dan pemilihan batang produktif, pengajiran dan pelilitan, pewiwilan, serta pengendalian hama dan penyakit.

1. Penyiraman dan pemupukan
Penyiraman dan pemupukan dapat dilakukan secara manual atau secara irigasi tetes. Pemberian larutan hara dilakukan antara pukul 09.00 - 16.00. Frekuensi pemberian sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setiap hari.
Jumlah kebutuhan larutan
- Fase muda sebanyak 100 ml
- Fase berbunga sebanyak 150 ml
- Fase berbuah sebanyak 200-300 ml
- Fase dibongkar sebanyak 100 ml
Larutan hara yang diberikan hendaknya kepekatannya berkisar antara 1,6 - 1,7 dan diharapkan peningkatannya hanya 2,0 - 2,5 saat dalam media arang sekam. Peningkatan EC (Electric Conductivity) terjadi sebab adanya kristalisasi garam-garam yang tidak terserap oleh tanaman. Pengukuran EC ini penting karena dapat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan tanaman. Apabila EC rendah, maka pertumbuhan vegetatif tanaman akan lebih cepat dibandingkan dengan EC tinggi.

2. Pembentukan dan pemilihan batang produktif
Pada umur 3 minggu atau di atas daun ke 10,
pilih 2 cabang utama yang kuat, cabang yang tidak diinginkan dipotes dengan tangan.

3. Pengajiran dan pelilitan
Tanaman paprika yang dibudidayakan secara hidroponik harus diberi penopang agar diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara maksimal. Pembuatan ajir dimulai saat tanaman berusia 1 minggu. Penopang/ajir bisa terbuat dari tali rami atau tali lainnya yang tidak tajam. Ujung atas tali diikatkan pada kawat horizontal yang dibuat secara khusus pada batang atas greenhouse, setiap tanaman memerlukan dua buah penopang/ajir karena batang utama yang dipelihara ada dua. Tanaman paprika akan terus tumbuh semakin tinggi mengikuti ajir. Agar tali ajir tetap melekat pada batang tanaman, maka setiap dua hari harus dilakukan pemutaran atau pelilitan pada cabang utama.
Cara pemutaran yang baik yaitu dengan memutar batang mengikuti tali, bukan tali yang dililitkan mengikuti batang. Pemutaran dilakukan searah jarum jam agar seragam dan mudah dilakukan.

4. Pewiwilan atau perompesan
Pewiwilan dilakukan terhadap tunas air, cabang yang tidak dipelihara, bunga yang telah layu, dan buah yang rusak. Umumnya kegiatan pewiwilan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemutaran tali atau pelilitan ajiryaitu setiap 2 hari sekali.

5. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang adalah thrips, tungau, aphids, ulat grayak, keong serta penyakit yang sering menyerang adalah penyakit layu, bercak daun, embun tepung, antraknose dan virus.

6. Panen
Paprika mulai dipanen pertama kali saat berumur 60 HST. Pemanenan ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Matang hijau; warna buah hijau mengkilap, daging buah keras dan tebal, buah mudah dilepas dari tangkai, sehat dan tidak cacat, serta bebas dari hama dan penyakit. Kekerasan dan ketebalan buah dapat diketahui dengan cara memijit dan mengetuknya.
b. Matang berwarna; warna buah 60 % sudah merah/ kuning/ hijau (untuk ekspor), daging buah tebal, sehat dan tidak cacat, serta bebas dari hama dan penyakit.

Sekian informasi yang dapat saya bagikan,semoga bermanfaat..

Posted By Unknown10.14

Minggu, 28 April 2013

Penyimpanan Benih



Penyimpanan benih mempunyai sasaran untuk mempertahankan viabilitas benih pada saat masak biologis selama mungkin.

Faktor-faktor mempengaruhi penyimpanan benih
  1. Biotik
  2. Abiotik
Faktor biotik:

a. Faktor yang berhubungan ke benih
  • Genetik make up dari benih
  • Mutu benih Initial
  • Asal
  • Konten Moisture Seed
b. Biotics Lain-lain
  • Serangga
  • Jamur
  • Hewan Pengerat
  • Kesalahan penanganan selama pengambilan sampel, pengujian
2. Faktor abiotik
  • Suhu
  • Kelembaban relatif
  • Seed store sanitasi
  • Suasana Gas
  • Bahan kemasan
Faktor-faktor Biji:

Faktor genetik

Penyimpanan ini dipengaruhi oleh genetik make up dari benih. Beberapa jenis secara alami pendek berumur (misalnya) bawang, kedelai, kacang tanah dll, Berdasarkan pada genetik make up benih diklasifikasikan ke dalam
Micro biotik - pendek berumur
Meso biotik-menengah hidup
Makro biotik - berumur panjang

Mutu benih Initial

Barton (1941) menemukan bahwa benih-benih viabilitas awal yang tinggi jauh lebih tahan terhadap Kondisi lingkungan penyimpanan yang tidak menguntungkan dibandingkan biji yang layak rendah. Setelah benih mulai memburuk itu hasil dengan cepat. The benih yang melukai mekanis menderita banyak dan kehilangan viabilitas nya dan vigor sangat cepat. Biji umumnya kecil melarikan diri cedera sedangkan benih yang besar lebih mungkin untuk secara ekstensif rusak (misalnya) bean, lima-kacang dan kacang kedelai. Benih Spherical biasanya memberikan perlindungan yang lebih dari benih datar atau berbentuk tidak beraturan
Pengaruh provenance: The tempat di mana tanaman benih diproduksi greately mempengaruhi daya simpan tersebut. (Misalnya) biji semanggi Red tumbuh di Kanada disimpan selama 4 tahun dengan 80% perkecambahan sedangkan benih tumbuh di Inggris dan Newzealand disimpan hanya selama 3 tahun dengan 80% perkecambahan. Hal ini disebabkan kondisi iklim yang berbeda dan jenis tanah yang berlaku di tempat yang berbeda.

Pengaruh cuaca
Suhu Fluktuasi selama pembentukan benih dan jatuh tempo akan mempengaruhi penyimpanan benih. Hujan pra-panen juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup.

Pra panen semprot sanitasi
Dalam pulsa, infestasi serangga berasal dari lapangan (misalnya) bruchids.

Kadar air biji
Faktor yang paling penting mempengaruhi daya simpan tersebut. The jumlah uap air dalam biji adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan.
Umumnya jika kadar air biji meningkatkan menurun kehidupan penyimpanan. Jika benih disimpan di kadar air yang tinggi kerugian bisa sangat cepat akibat pertumbuhan jamur kadar air yang sangat rendah di bawah 4% mungkin juga merusak benih karena pengeringan ekstrim atau menyebabkan biji keras dalam beberapa tanaman.
Sejak kehidupan benih sebagian besar berputar sekitar konten kelembaban nya maka perlu untuk mengeringkan bibit untuk isi kelembaban yang aman. The konten kelembaban sage Namun tergantung pada panjang penyimpanan, jenis struktur penyimpanan, jenis / berbagai dari jenis benih bahan kemasan yang digunakan. Untuk sereal di kondisi penyimpanan biasa untuk 12-18 bulan, benih pengeringan sampai dengan kadar air 10% muncul cukup memuaskan. Namun, untuk penyimpanan dalam wadah tertutup, pengeringan upto kadar air 5-8% tergantung pada jenis tertentu mungkin diperlukan.

Harringtons aturan jempol pada konten air biji:
Untuk setiap satu persen penurunan kadar air biji kehidupan benih akan dua kali lipat. Ini lagi terus baik antara 4-12 C. Berdasarkan toleransinya dan kerentanan dari benih terhadap biji hilangnya kelembaban diklasifikasikan menjadi
Ortodoks - benih mampu mentolerir hilangnya kelembaban dan kelembaban benih yang lebih sedikit nikmat penyimpanan. yaitu menurun kelembaban meningkat periode penyimpanan. Misalnya. Beras, sorgum, dan sebagian besar spesies yang dibudidayakan.
Recalcitrant - hanya berlawanan dengan ortodoks tersebut. Seeds tidak mampu mentolerir hilangnya kelembaban. Diperlukan kelembaban tinggi untuk pemeliharaan viabilitas.

Mikroflora, Serangga dan Tungau
The aktivitas semua organisme ini dapat menyebabkan merusak mengakibatkan hilangnya aktivitas mikroflora viability.The dikendalikan oleh suhu Kelembaban Relatif dan Moisture Content benih.
Benih Diobati dengan fungisida dapat disimpan untuk periode lagi. Fumigasi untuk serangga kontrol juga akan membantu dalam jangka waktu yang lebih stroage.
Fumigants - (misalnya) metil bromide, hidrogen sianida, diklorida ethyline, karbon tetra klorida, karbon disulfida dan napthalene dan fosfin aluminimum.

Faktor Abiotik:

Kelembaban relatif
Kelembaban relatif adalah jumlah yang hadir H2O di udara pada temperatur tertentu secara proporsional dengan kapasitas holding air maksimum nya. Kelembaban Relatif dan suhu adalah faktor yang paling penting menentukan kehidupan penyimpanan benih. Seeds mencapai kadar air yang spesifik dan karakteristik ketika mengalami ke tingkat yang diberikan dari kelembaban atmosfer. Konten ini kelembaban karakteristik disebut kadar air ekuilibrium.
Konten kelembaban Equilibrium untuk jenis tertentu benih di sebuah Kelembaban Relatif yang diberikan cenderung meningkat sebagai penurunan suhu. Dengan demikian pemeliharaan kadar air biji selama penyimpanan adalah fungsi dari kelembaban relatif dan pada tingkat lebih rendah dari suhu. Pada kadar air ekuilibrium tidak ada keuntungan bersih atau rugi dalam konten kelembaban benih.

Suhu
Suhu juga memainkan peran penting dalam kehidupan benih. Serangga dan cetakan meningkat seiring suhu meningkat. Semakin tinggi kandungan kelembaban dari benih semakin mereka secara negatif dipengaruhi oleh suhu. Penurunan suhu dan biji kelembaban adalah cara yang efektif mempertahankan mutu benih dalam penyimpanan. The aturan ibu jari berikut oleh Harrington langkah-langkah berguna untuk menilai pengaruh kelembaban dan suhu pada penyimpanan benih. Aturan-aturan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk setiap penurunan dari kadar air biji 1% kehidupan dari benih ganda. Aturan ini adalah berlaku antara konten kelembaban dari 5-14%.
2. Untuk setiap penurunan dari 5oC di suhu penyimpanan kehidupan benih ganda. Aturan ini berlaku antara 0oC sampai 50oC.
3. Penyimpanan benih yang baik dicapai bila% dari kelembaban relatif dalam lingkungan penyimpanan dan suhu penyimpanan dalam derajat Fahrenheit pengaya upto seratus tetapi kontribusi dari suhu tidak boleh melebihi 50 oF.

Nomograph
Roberts (1972) mengembangkan formula-formula untuk menggambarkan hubungan antara temperatur mc benih dan periode viabilitas. Dari hubungan ini itu mungkin untuk membangun sebuah benih viabilitas nomograph. Nomograph Ini adalah membantu dalam memprediksi retensi benih viabilitas lingkungan penyimpanan indefined untuk jangka waktu tertentu atau untuk menentukan kombinasi dari temperatur dan kandungan kelembaban yang akan menjamin retensi dari suatu tingkat yang diinginkan dari viabilitas benih untuk jangka waktu tertentu.

Gas selama penyimpanan
Peningkatan tekanan O2 menurunkan periode viabilitas
N2 dan suasana CO2 akan meningkatkan kehidupan penyimpanan benih.

Posted By Unknown01.04

Sabtu, 27 April 2013

Siklus Nitrogen



Siklus Nitrogen di Alam dan Peranan Organisme Tanah dalam siklus Nitrogen SIKLUS NITROGEN  


Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78% gas di atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu : fiksasi nitrogenmineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi. Siklus nitrogen sendiri adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara biologis maupun non-biologis. Siklus nitrogen secara khusus sangat dibutuhkan dalam ekologi karena ketersediaan nitrogen dapat mempengaruhi tingkat proses ekosistem kunci, termasuk produksi primer dan dekomposisi. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggunaan pupuk nitrogen buatan, dan pelepasan nitrogen dalam air limbah telah secara dramatis mengubah siklus nitrogen global. Pembukaannya sudah cukup, sekarang kita menginjak ke detail proses daur / siklus nitrogen.
 FUNGSI DALAM EKOLOGI Nitrogen sangatlah penting untuk berbagai proses kehidupan di Bumi. Nitrogen adalah komponen utama dalam semua asam amino, yang nantinya dimasukkan ke dalam protein, tahu kan kalau protein adalah zat yang sangat kita butuhkan dalam pertumbuhan.Nitrogen juga hadir di basis pembentuk asam nukleat, seperti DNA dan RNA yang nantinya membawa hereditas. Pada tumbuhan, banyak dari nitrogen digunakan dalam molekul klorofil, yang penting untuk fotosintesis dan pertumbuhan lebih lanjut. Meskipun atmosfer bumi merupakan sumber berlimpah nitrogen, sebagian besar relatif tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pengolahan kimia atau fiksasi alami (melalui proses konversi seperti yang dilakukan bakteri rhizobium), diperlukan untuk mengkonversi gas nitrogenmenjadi bentuk yang dapat digunakan oleh organisme hidup, oleh karena itu nitrogen menjadi komponen penting dari produksi pangan. Kelimpahan atau kelangkaan dari bentuk "tetap" nitrogen, (juga dikenal sebagai nitrogen reaktif), menentukan berapa banyak makanan yang dapat tumbuh pada sebidang tanah.
  PROSES-PROSES DALAM DAUR NITROGEN 

 
Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai bentuk kimia termasuk nitrogen naerobnaerobi (NH4 +)nitrit (NO2-)nitrat (NO3-), dan gas nitrogen (N2)Nitrogen naerob dapat berupa naerobi hidup, atau humus, dan dalam produk antara dekomposisi bahan naerob atau humus dibangun. Proses siklus nitrogen mengubah nitrogen dari satu bentuk kimia lain. Banyak proses yang dilakukan oleh mikroba baik untuk menghasilkan naero atau menumpuk nitrogen dalam bentuk yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Diagram di atas menunjukkan bagaimana proses-proses cocok bersama untuk membentuk siklus nitrogen (lihat gambar).
 1.      Fiksasi Nitrogen Fiksasi nitrogen adalah proses alam, biologis atau abiotik yang mengubah nitrogen di udara menjadi ammonia (NH3). Mikroorganisme yang mem-fiksasi nitrogen disebut diazotrof. Mikroorganisme ini memiliki enzim nitrogenaze yang dapat menggabungkan naerobi dan nitrogen. Reaksi untuk fiksasi nitrogen biologis ini dapat ditulis sebagai berikut :
N2 + 8 H+ + 8 e− → 2 NH3 + H2Mikro naerobi yang melakukan fiksasi nitrogen antara lain : Cyanobacteria, Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan Frankia. Selain itu ganggang hijau biru juga dapat memfiksasi nitrogen. Beberapa tanaman yang lebih tinggi, dan beberapa hewan (rayap), telah membentuk asosiasi (simbiosis) dengan diazotrof. Selain dilakukan oleh mikroorganisme, fiksasi nitrogen juga terjadi pada proses non-biologis, contohnya sambaran petir. Lebih jauh, ada empat cara yang dapat mengkonversi naero nitrogen di atmosfer menjadi bentuk yang lebih reaktif : a. Fiksasi biologis: beberapa bakteri simbiotik (paling sering dikaitkan dengan tanaman polongan) dan beberapa bakteri yang hidup bebas dapat memperbaiki nitrogen sebagai nitrogen naerob. Sebuah contoh dari bakteri pengikat nitrogen adalah bakteri Rhizobium mutualistik, yang hidup dalam nodul akar kacang-kacangan. Spesies ini diazotrophs. Sebuah contoh dari hidup bebas bakteri Azotobacter.
b. Industri fiksasi nitrogen : Di bawah tekanan besar, pada suhu 600 C, dan dengan penggunaan katalis besi, nitrogen atmosfer dan naerobi (biasanya berasal dari gas alam atau minyak bumi) dapat dikombinasikan untuk membentuk naerob (NH3). Dalam proses Haber-Bosch, N2 adalah diubah bersamaan dengan gas naerobi (H2) menjadi naerob (NH3), yang digunakan untuk membuat pupuk dan bahan peledak.
c. Pembakaran bahan bakar fosil : mesin mobil dan pembangkit listrik termal, yang melepaskan berbagai nitrogen oksida (Nox).
d. Proses lain: Selain itu, pembentukan NO dari N2 dan O2 karena foton dan terutama petir, dapat memfiksasi nitrogen.
 
2. Asimilasi Tanaman mendapatkan nitrogen dari tanah melalui naerob akar baik dalam bentuk ion nitrat atau ion naerobi. Sedangkan hewan memperoleh nitrogen dari tanaman yang mereka makan.Tanaman dapat menyerap ion nitrat atau naerobi dari tanah melalui rambut akarnya. Jika nitrat diserap, pertama-tama direduksi menjadi ion nitrit dan kemudian ion naerobi untuk dimasukkan ke dalam asam amino, asam nukleat, dan klorofil. Pada tanaman yang memiliki hubungan mutualistik dengan rhizobianitrogen dapat berasimilasi dalam bentuk ion naerobi langsung dari nodul. Hewan, jamur, dan naerobi heterotrof lain mendapatkan nitrogen sebagai asam amino, nukleotida dan molekul naerob kecil. 3. Amonifikasi Jika tumbuhan atau hewan mati, nitrogen naerob diubah menjadi naerobi (NH4+) oleh bakteri dan jamur. 4. Nitrifikasi Konversi naerobi menjadi nitrat dilakukan terutama oleh bakteri yang hidup di dalam tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya. Tahap utama nitrifikasi, bakteri nitrifikasi seperti spesies Nitrosomonas mengoksidasi naerobi (NH4 +) dan mengubah naerob menjadinitrit (NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter, bertanggung jawab untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Proses konversi nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit merupakan racun bagi kehidupan tanaman.Proses nitrifikasi dapat ditulis dengan reaksi berikut ini : 

  • NH3 + CO2 + 1.5 O2 + Nitrosomonas → NO2- + H2O + H+
  • NO2- + CO2 + 0.5 O2 + Nitrobacter → NO3-
  • NH3 + O2 → NO2 + 3H+ + 2e
  • NO2 + H2O → NO3 + 2H+ + 2e
note : “Karena kelarutannya yang sangat tinggi, nitrat dapat memasukkan air tanah. Peningkatan nitrat dalam air tanah merupakan masalah bagi air minum, karena nitrat dapat mengganggu tingkat oksigen darah pada bayi dan menyebabkan sindrom methemoglobinemia atau bayi biru. Ketika air tanah mengisi aliran sungai, nitrat yang memperkaya air tanah dapat berkontribusi untuk eutrofikasi, sebuah proses dimana populasi alga meledak, terutama populasi alga biru-hijau. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian kehidupan akuatik karena permintaan yang berlebihan untuk oksigen. Meskipun tidak secara langsung beracun untuk ikan hidup (seperti amonia), nitrat dapat memiliki efek tidak langsung pada ikan jika berkontribusi untuk eutrofikasi ini." 5. Denitrifikasi Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat untuk kembali menjadi gas nitrogen (N2), untuk menyelesaikan siklus nitrogen. Proses ini dilakukan oleh spesies bakteri seperti Pseudomonas dan Clostridium dalam kondisi anaerobik. Mereka menggunakan nitratsebagai akseptor elektron di tempat oksigen selama respirasi. Fakultatif anaerob bakteri ini juga dapat hidup dalam kondisi aerobik.
 Denitrifikasi umumnya berlangsung melalui beberapa kombinasi dari bentuk peralihan sebagai berikut:
NO3 → NO2 → NO + N2O → N2 (g)Proses denitrifikasi lengkap dapat dinyatakan sebagai reaksi redoks:
2 NO3 + 10 e + 12 H+ → N2 + 6 H2O6. Oksidasi Amonia Anaerobik Dalam proses biologis, nitrit dan amonium dikonversi langsung ke elemen (N2) gas nitrogen. Proses ini membentuk sebagian besar dari konversi nitrogen unsur di lautan. Reduksi dalam kondisi anoxic juga dapat terjadi melalui proses yang disebut oksidasi amonia anaerobikNH4+ + NO2 → N2 + 2 H2O 
Peranan Organisme Tanah Dalam Daur / Siklus NTumbuhan dan hewan membutuhkan nitrogen untuk membentuk asam amino untuk membentuk protein. Selain itu, nitrogen diperlukan dalam pembentukan senyawa nitrogen, seperti asam nukleat (ADN dan ARN). Meskipun 78% di udara terdapat nitrogen bebas, namun tumbuhan dan hewan pada umumnya tidak mampu menggunakannya dalam bentuk bebas. Nitrogen harus diubah menjadi bahan nitrogen lain sehingga dapat digunakan. Nitrogen diikat oleh bakteri yang ada di dalam tanah (biasanya dalam bentuk amonia). Selanjutnya oleh bakteri nitrifikasi diubah menjadi nitrit (NO2-), kemudian menjadi nitrat (NO3-), yang mana dapat diserap dari tanah oleh tumbuhan (disebut proses nitrifikasi). Beberapa tanaman mempunyai nodul pada akarnya yang di dalamnya terdapat bakteri pengikat nitrogen. Bakteri mengubah banyak nitrogen menjadi asam amino yang dilepaskan ke jaringan tumbuhan. Tanaman dengan nodul ini mampu hidup dalam kondisi tanah yang miskin nitrogen, misalnya ercis, tanaman dengan daun menjari dan tanaman lain yang termasuk dalam keluarga kacang-kacangan (legume).Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk asam amino merupakan persenyawaan pembentuk molekul protein. Selanjutnya protein sebagai pembentuk tubuh. Daur Nitrogen di alam sebagai berikut:Atmosfer mengandung sekitar 70% Nitrogen dalam bentuk unsur, tapi yang diperlukan dalam bentuk senyawa. Yaitu ketika petir keluar menyebabkan nitrogen bersenyawa jadi nitrat. Tumbuhan menyerap nitrat dari tanah utuk dijadikan protein lalu tumbuhan dimakan oleh kosumer senyawa nitrogen pindah ke tubuh hewan. Urin, bangkai hewan, dan tumbuhan mati akan diuraikan oleh pengurai jadi ammonium dan ammonia. Bakteri Nitrosomonas mengubah jadi nitritlalu diubah lagi oleh bakteri Nitrobacter menjadi nitrat. Kemudian nitrat diserap oleh tumbuhan. Selanjutnya sama dan begitu.Selain melalui petir juga melalui bakteri Rizobium yang bersimbiosis pada tumbuhan kacang-kacangan membentuk bintik akar. Sedikit tambahan proses pengubahan nitrit jadi nitrat disebut nitrifikasi. Dan proses pengubahan nitrit atau nitrat jadi nitrogen bebas disebut denitrifikasi.Kadang-kadang tanaman ini digunakan untuk mengisi lahan yang miskin nitrogen selama masa perputaran setelah panen padi. Beberapa hasil penelitian genetik yang diorientasikan terhadap pemberian tanaman panen yang lain (jagung, gandum) yang mempunyai kemampuan untuk mengikat nirogen. Kemampuan yang secara besar dapat mengurangi kebutuhan pemupukan pertanian. Dalam ekosistem air, alga hijau-biru juga mampu menyerap nitrogen. Nitrogen juga dapat terikat di atmosfer melalui masuknya energi elektrik misalnya melalui penyinaran.Bakteri pemecah memecah protein dalam tubuh organisme mati atau hasil sisa mereka menjadi amonium, kemudian nitrit atau nitrat dan akhirnya menjadi gas nitrogen yang mana akan dilepaskan ke atmosfer dari mulai nitrogen diikat dan berputar lagi.Semua hewan hanya memperoleh nitrogen organik dari tumbuhan atau hewan lain yang dimakannya. Protein yang dicerna akan menjadi asam amino yang selanjutnya dapat disusun menjadi protein-protein baru pada tingkat trofik berikutnya. Ketika makhluk hidup mati, materi organik yang dikandungnya akan diuraikan kembali oleh dekomposer sehingga nitrogen dapat dilepaskan sebagai amonia. Dekomposisi nitrogen organik menjadi amonia lagi disebut amonifikasi. Proses tersebut dapat dilakukan oleh beberapa bakteri dan mahkluk hidup eukariotik.Contoh beberapa mikroorganisme yang terlibat dalam daur nitrogen ialah :1.Nitrosomanas mengubah amonium menjadi nitrit.2.Nitrobacter mengubah nitrit menjadi nitrat3.Rhizobium menambat nitrogen dari udara4.Bakteri hidup bebas pengikat nitrogen seperti Azotobakter (aerobik) dan Clostridium (anaerobik)5.Alga biru hijau pengikat nitrogen seperti Anabaena, Nostoc dan anggota-anggota lain dari ordo Nostocales6.Bakteri ungu pengikat nitrogen seperti RhodospirillumMeskipun pengikatan secara alami menghasilkan cukup nitrogen untuk proses yang berlangsung secara alami, namun pembentukan nitrogen oleh industri yang digunakan untuk pemupukan dan produk lain melampui kebutuhan ekosistem darat.
   

Posted By Unknown04.45

Jumat, 26 April 2013

Kelapa Sawit










Untuk memperoleh tanaman kelapa sawit yang berkualitas, salah satunya adalah dengan melaukan pembibitan yang benar. Karena proses pembibitan ini aka sangat berpengaruh terhadap kualitas dan rpoduksi dari tanaman kelapa sawit dikemudian harinya. Oleh karena itu berikut adalah cara pembibitan kelapa sawit yang baik.


I. Persyaratan Benih
Benih yang baik untuk bibit kelapa sawit harus berasal dari indukan yang jelas dan berkualitas baik. Saat ini di Indonesia terdapat 6 (enam) produsen benih resmi dalam negeri yang menyediakan benih untuk bibit kelapa sawit yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT London Sumatera (Lonsum), PT Socfin, PT Tunggal Yunus Estate, PT Dami Mas Sejahtera dan PT Bina Sawit Makmur.
Benih-benih yang dihasilkan oleh produsen resmi ini telah mengalami proses introduksi yang sedemikian rupa dan berulang-ulang sehingga menghasilkan kualitas sangat baik, berasal dari indukan yang jelas asal usulnya sepertiDelidura dan bapak Pisifera.

II. Pengecambahan Benih


1. Cara yang biasa dilakukan oleh PPKS Medan
a. Melepaskan tangkai buah dari spikeletnya.
b. Waktu pemeraman tandan buah dilakukan selama tiga hari dan sekali-sekali disiram air. Kemudian pisahkan buah dari tandannya dan diperam lagi selama tiga hari.
c. Proses yang dilakukan untuk memisahkan daging buah dari bijinya, buah dimasukkan kedalam mesin pengaduk. Kemudian cuci biji yang dihasilkan dengan menggunakan air, setelah itu masukkan kedalam larutan Dithane M-45 0,2% selama kira-kira tiga menit. Keringkan dan seleksi untuk memperoleh biji yang berukuran seragam.
d. Proses selanjutnya semua benih yang telah ditreatment disimpan di dalam suatu ruangan tertentu yang telah diatur bersuhu berkisar 27ºC dan kelembaban berkisar 60-70% sebelum dikecambahkan.


2. Cara lainnya
a. Melakukan perendaman biji dalam air selama 6 – 7 hari, penggantian air dilakukan secara rutin setiap hari, lalu rendam dalam larutan Dithane M - 45 0,2% selama lebih kurang dua menit, selanjutnya biji dikeringanginkan.
b. Biji yang telah selesai ditreatment dimasukkan kedalam kaleng pengecambahan dan ditempatkan dalam ruangan dengan temperatur berkisar 39ºC dan kelembaban berkisar 60 – 70% selama enampuluh hari. Selanjutnta setiap tujuh hari benih dikeringanginkan selama tiga menit.
c. Setelah enampuluh hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20 – 30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan biji ke dalam larutan Dithane M – 45 0,2% selama lebih kurang dua menit.
d. Selanjutnya benih disimpan diruangan dengan suhu yang sudah diatur berkisar 27ºC. Setelah sepuluh hari benih berkecambah, pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.


III. Teknik Pembibitan Benih Berkecambah
Secara umum terdapat dua teknik pembibitan yaitu cara dua tahap melalui dederan (prenursery) dan cara langsung tanpa dederan. Lahan pembibitan dibersihkan, diatur perataannya dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Ada beberapa model jarak tanam biji dipembibitan yaitu 50 x 50 cm, 60 x 60 cm, 65 x 65 cm, 70 x 70 cm, 80 x 80 cm, 85 x 85 cm, 90 x 90 cm atau 100 x 100 cm dalam bentuk segitiga sama sisi. Kebutuhan bibit per hektar dapat diketahui berkisar antara 12.500 sampai 25.000 butir tergantung jarak tanam yang akan digunakan. Sebelumnya agar disiapkan dan disesuaikan segala persyaratan yang diperlukan seperti yang sudah disampaikan dalam gambaran umum persyaratan tumbuh dalam tulisan sebelumnya.


1. Cara tak langsung
a. Dederan
Kecambah dimasukkan ke dalam polybag 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm berisi 1,5 – 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah di tanam dan dibenamkan sedalam dua cm. Tanah di polybag harus selalu terjaga kelembabannya. Simpan polybag dibedengan dengan diameter berkisar 120 cm. Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun emapat sampai lima helai bibit dipindahkan kemudian ditanam ke pembibitan.
b. Pembibitan
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polybag 40 x 50 cm atau 45 x 60 cm setebal 0,1 mm yang berisi 15 – 30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polybag sampai lembab. Polybagdisusun diatas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak seperti disebutkan diatas.


2. Cara langsung
Cara ini pada prinsipnya untuk melakukan penghematan terutama dalam hal penggunaan tenaga dan biaya. Kkecambah langsung ditanam di dalam polybag ukuran besar seperti pada cara pembibitan.


IV. Pemeliharaan pembibitan/penyemaian 


1. Tindakan pemeliharaan dilakukan pada bibit di dederan dan di pembibitan.
a. Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan lebih dari 7 – 8 mm. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polybag.
b. Gulma yang tumbuh dicabut atau disemprot dengan herbisida setiap tiga bulan. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Pemulsaan adalah cara lain untuk mencegah gulma dengan cara menaburkan serasah di polybag sekaligus upaya mempertahankan kelembaban.
c. Proses penyeleksian bibit yang tumbuh abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Proses seleksi dilakukan pada saat berumur 4 dan 9 bulan.
d. Pemupukan dilakukan berapa kali selama masa pembibitan, diberikan urea atau pupuk majemuk.


2. Pemberian pupuk di pembibitan
a. Umur bibit 4 – 5 minggu larutan urea 0,2%, 3 – 4 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.
b. Umur bibit 6 – 7 larutan urea 0,2%, dosis 4 – 5 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.
c. Umur bibit 8 – 16 minggu ; rustica 15.15.6.4 dosis 1 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
d. Umur bibit 17 – 20 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 5 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
e. Umur bibit 21 – 28 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 8 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
f. Umur bibit 29 – 40 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 15 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
g. Umur bibit 41 – 48 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 17 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.


V. Pembiakan dengan Kultur Jaringan
Bahan pembiakan berupa sel akar biasa disebut sebagai metode Inggris dan sel daun biasa disebut sebagai metode Perancis. Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman dengan tingkat produksi tinggi dengan skala yang besar dan pertumbuhan tanaman seragam. 


VI. Seleksi Bibit
Proses penyeleksian bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu penyeleksian di pembibitan pendahuluan/dederan dan pembibitan utama. Tanaman-tanaman yang tidak memenuhi standar kebutuhan seperti bentuknya yang abnormal dibuang, ciri-ciri :
a. Postur bibit terkulai
b. Postur bibit kerdil, tidak tumbuh sempurna
c. Postur bibit meninggi dan kaku
d. Terkena serangan penyakit
e. Bentuk anak daun tidak tumbuh sempurna
f. Anak daun tidak membelah dengan sempurna

Labels : Tips Petani

Posted By Unknown23.41